Friday, October 25, 2019

Sejarah Candi Lor - Nganjuk

Sejarah Candi Lor & Tradisi Masyarakat Sekitar
Cindi Lor - Loceret - Nganjuk
Nganjuk terkenal dengan sebutan kota angin, terdapat beberapa peninggalan sejarah yang masih tersembunyi dan juga ada peninggalan sejarah yang sudah terungkap.
Candi Lor merupakan salah satu peninggalan dari dinasti Isyana yang didirikan oleh Mpu Sendok yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Medang kamulan. Sebelum Mpu sendok mendirikan kerajaan ini. Mpu sendok merupakan raja dari kerajaan mataram kuno. Sebelumnya, mataram kuno pusat kerajaannya berada di jawa tengah, namun karena ada beberapa faktor yang salah satunya adalah ancaman bencana alam dari gunung merapi. Maka, kerajaan ini dipindahkan ke Jawa Timur yang kemudian di beri nama kerajaan Medang Kamulan. Kata medang merupakan nama lain dari Mataram sedangkan Kamulan berasal dari kata mula yang artinya yang awalnya.
Kemudian Mpu sendok pun mendirikan sebuah tugu di Anjuk ladang dan punden berundak-undak sebagai tanda keberhasilannya yang kemudian disebut candi lor.Candi ini melambangkan perjuangan Mpu Sendok dalam melawan musuhnya dari Melayu yang akhirnya dimenangkan oleh Mpu Sendok. Mpu Sendok juga berjasa kepada masyarakat sekitar yang pada masa itu terbelit pajak. Mpu Sendok kemudian mampu membebaskan rakyat Anjuk Ladang dari pemaksaan pembayaran pajak. Mpu Sendok hanya meminta kepada rakyat Anjuk ladang merawat Jayastamba, yang merupakan tugu kemenangan Mpu Sendok atas Melayu.
Hari kemenangan tersebut jatuh pada tanggal 10 April, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Nganjuk. Meskipun dijadikan sebagai salah satu pariwisata kabupaten Nganjuk, masyarakat sekitar masih banyak yang menggunakan candi ini sebagai sarana upacara adat,ritual, dan lain sebagainya. Masyarakat sekitar Nganjuk juga masih menghargai nilai-nilai budaya serta warisan sejarah tempat tinggal mereka sendiri dengan cara ikut serta menjaga candi ini agar tetap lestari dan bisa dijadikan objek wisata yang indah dan diminati banyak orang.
Candi ini dibangun dengan menggunakan batu andesit sebagai bahan dasarnya. Candi ini juga disebut dengan candi boto (candi batu bata) karena terlihat seperti susunan-susunan batu bata merah. Komponen lain dari candi ini adalah pecahan yoni dan ambang pintu. Sebenarnya terdapat dua arca yang ada di candi ini, namun mungkin sudah dipindahkan ke museum Anjuk Ladang untuk menjaga estestika dan kemurnianya. Di obyek wisata ini terdapat pula batu bertulis yang memuat kata yang sangat dekat sekali dengan Nganjuk, yakni Anjuk Ladang. Lokasi wisata Candi Lor ini terletak di tengah-tengah persawahan warga. Sehingga kita bisa merasakan semilir angin sejuk di sela-sela padi yang mengalun senada dengan tiupan angin. Candi ini juga dikelilingi oleh beberapa pohon rindang yang semakin menambah kenyamanan pengunjung untuk menikmati sejarah kota angin ini. Setelah tiba, kita akan disambut oleh seorang juru kunci ramah yang tidak segan bercerita tentang sejarah berdirinya candi Lor sebagai lambang sejarah utama Nganjuk.

B. Letak Geografis Bangunan.
Secara geografis Candi Lor terletak di Desa Candirejo Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Atau kira-kira 3 – 4 Km arah selatan dari pusat kota Nganjuk. Berdasarkan bukti tertulis yang diketemukan di kompleks candi ini, dapat dikemukakan bahwa Candi Lor ini didirikan oleh Pu Sindok pada tahun 859 C atau 937 M, sebagai tugu peringatan kemenangan PU SINDOK atas musuhnya dari KERAJAAN Melayu. 

C.Wujud Fisik Bangunan
Secara riil, Candi Lor Yang Menghadap Ke Barat ini, Wujudnya sudah tidak berbentuk lagi (sudah sangat rusak). Hal ini disebabkan usia bangunan yang memang sudah sangat tua (+_ 10,5 abad lebih), Bahan Bangunan Yang Terbuat Dari Batu Bata Merah Dan Tumbuhnya Pohon Kepuh Di Badan Candi Yang Akar- Akarnya Mencekeram dan menghujam ke segala arah di badan Candi Sebelah Selatan.Candi Lor ini berdiri diatas tanah seluas 42 x 39.40M = 1654 M2. Luas soubasemennya (alasnya) 12.40 x 11.50 M = 142.60 M dan tinggi candi ± 9.30 M. Berkaitan dengan candi ini Krom berpendapat, bahwa candi Lor itu awalnya bertingkat, dan Bersifat Siwais. Didalam Candi ini Terdapat Beberapa Area, Diantaranya Ganesa dan Nandi.
Meskipun keadaannya sudah rusak, kalau kita naik keatas candi, dapatlah diperkirakan bahwa candi ini dahulunya mempunyai ruang dalam yang berbentuk segi empat. Hal ini terlihat adanya sudut siku-siku yang masih tampak di sudut timur laut ruang dalam candi ini.
Sekarang ini, disebelah barat candi terdapat dua buah area yang semuanya tanpa kepala, yang satu diperkirakan area Ganesa, dan yang lain Siwa Mahadewa. Disebelah barat area terdapat Lingga dan Yoni, yang keadaannya telah rusak (Yoni telah pecah dan Lingga tinggal sebagian). Disebelah baratnya lagi terdapat dua buah makam yang oleh penduduk diyakini sebagai makam Yang Kerta dan Yang Kerti, abdi kinasih Pu Sindok. Jika benar bahwa benda-benda tersebut asli dari Candi Lor, maka dapat disimpulkan bahwa candi Lor bersifat Siwa.Pada tahun 1913, disawah sekitar candi, berhasil diketemukan 4 buah area yang terbuat dari perunggu, yang menggambarkan pantheon Budhisme, yaitu :
a) Tara Musik, berukuran 7,8 Cm, menggambarkan seseorang yang sedang memainkan keeapi yang terbuat dari rotan dalam ekspresi menyanyi dan menari, dengan tugas memuja Dhyani Buddha.
b) Bodhisattwa. berukuran 7.8 Cm. Dalam Buddha Mahayana, Bodhisattwa dianggap sebagai calon Buddha. Tiap-tiap Dhyani Buddha mesti dikelilingi oleh Bodhisattwa. Disini Dhyani Buddha dikelilingi oleh 4 Bodhisattwa yang disebut Vajradhatu Mandala.
c) Dhupa Tara dan Puspha Tara. berukuran 9 Cm. Kedua area ini digambarkan ramping dan sangat indah. Yang satu digambarkan sama dengan Tara Musik, dan yang satunya. digambarkan sebagai Dhupa Bunga.
Seni patung yang diketemukan didekat Candi Lor ini sangat penting ditinjau dari segi artistik dan ikonografinya (Ilmu tentang area). Susunan pantheonnya sangat khas, yaitu mengungkapkan tradisi kerajaan dengan patung Buddha yang menghadap ke empat penjuru. Beberapa patung perunggu ini karena keindahannya pernah dipamerkan di Arena Pameran benda seni “Negeri Jajahan” di Paris pada tahun 1931. Seorang ahli sejarah kuno Indonesia Dr. FDK Boseh yang terpesona •dengan patung tersebut memhandingkan dengan patung Buddha aliran Singon di Jepang. Sedangkan ciri-cirinya yang indah itu dibandingkan dengan gambaran serupa pada naskah ikonografi Buddha yang ada di Bali.
Di kompleks eandi, ini diketemukan pula sebuah batu bertulis (prasasti). yang kemudian lebih dikenal dengan nama prasasti Anjuk Ladang. Prasasti ini mula-mula untuk kepentingan penelitian. yang kemudian di bawa ke Kediri (kediaman Residen Kediri) dan sekarang telah disimpan di Museum Nasional dengan nomor koleksi D. 59. Prasasti ini berisi maklumat dari seorang pejabat tinggi kerajaan, yang ditulis pada bagian muka 49 baris dan pada bagian belakang terdiri dari 36 baris. 
Berdasarkan tulisan tersebut dapat dikatakan, bahwa prasasti itu dikeluarkan oleh Pu Sindok yang bergelar Sri Maharaja Pu Sindok Sri Isanawikrama Dharmotunggadewa pada tahun 859 C atau 937M.
Walaupun Candi Lor keadaannya telah Rusak, Namun Ditempat Inilah Terdapat Salah Satu Bukti Bahwa Nganjuk Pernah Berperan Dalam Panggung Sejarah Nasional. Disini Terdapat Batu Bertulis Yang Memuat Sebutan (Toponimi) yang Sangat dekat sekali ucapannya Dengan Nganjuk (Anjuk Ladang). Candi Lor merupakan bukti sejarah tentang keberhasilan Pu Sindok di Anjuk Ladang mengalahkan musuhnya, dan sekaligus merupakan Tugu Peringatan Kemenangan (Jayastamba) Pu Sindok Menghalau Musuh Yang Mengancam Eksistensinya Di Jawa Timur. Mengingat begitu besar nilai perjuangannya ketika berada di Candi Lor ini, maka Warga Asli Nganjuk Patut Bangga Terhadap Keberadaannya Itu.Semoga Seluruh Warga Nganjuk Menjaga Dan Melestarikan Peninggalan Sejarah Ini..terutama Para Generasi Muda.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Nota Olshop Kosong - free download

INVOICE / NOTA UNTUK ONLINE SHOP Nota yaitu bukti atas pembelian sejumlah barang secara tunai, Nota di buat oleh pedagang dan diberik...